Assalamu'alaikum Sahabat Rohis...Selamat Datang di portal blog Rohis SMK Negeri 2 Depok, Terima Kasih telah berkunjung, Salam Ukhuwah.. ^_^

Sabtu, 04 Februari 2012

Aktifis Yang Tertukar

Siang hari di sebuah masjid di bilangan Kota Depok. Jam dinding yang berada di tembok mihrab menampilkan susunan jarum-jarum yang terbaca sebagai pukul 12.35. Beberapa orang tengah beraktifitas di masjid itu, ada yang mendirikan sholat, dan ada yang khusyuk berdzikir. Shalat zhuhur berjamaah baru saja ditunaikan.

Dan tiga orang tengah berbincang di depan mimbar.

"Kamu sudah mantap memeluk Islam?" Tanya seorang paruh baya, jauh lebih tua dari dua orang yang lain.

"Sudah pak haji." Jawab orang yang ditanya.

"Nama kamu siapa?" Orang yang dipanggil Pak Haji itu bertanya lagi.

"Sugono."

"Sugono, Insya Allah keislaman kamu akan disambut hangat oleh saudara-saudara muslim kamu. Jamaah Masjid Nurul Iman ini akan bahagia saat kamu mengucapkan dua kalimat syahadat nanti. Oh iya, kamu ingin ganti nama? Jadi nama Islam?"

Orang yang menyebut namanya Sugono itu diam.

"Namanya sudah Islam kok, Pak Haji." Orang yang di samping Sugono mengangkat suara.

"Lho? Memang nama lengkap teman kamu ini siapa?"

"Muhammad Sugono." Jawab temannya Sugono, sembari memalingkan muka ke arah yang punya nama. Sugono mengangguk pelan.

Pak Haji mengernyitkan dahinya. Terlihat berpikir keras, tapi sesungguhnya kebingungan.

"Dia Islam dari lahir, Pak Haji. Tapi sempat terpeleset pindah agama selama beberapa waktu. Sekarang ingin kembali memasuk Islam.”

Pak Haji nampak makin kebingungan. "Tapi... saya memang seperti pernah melihat kamu. Di masjid ini." Ujarnya.

"Ya Pak Haji. Dulu saya memang sering ke masjid ini untuk rapat organisasi muda muslim Depok. Dua tiga tahun lalu saya sering di sini. Bahkan pernah ikut acara malam ibadah atau mabit di sini."

Pak Haji menatap tajam ke arah Sugono yang menunduk. Suara Sugono terdengar mencekat. Perlahan setetes air mata mengalir dari matanya. "Panjang ceritanya, Pak Haji..." Ujarnya.

******

Beberapa bulan lalu, tepat di depan mimbar di dalam Masjid Nurul Iman, saat posisi jarum jam di dinding mihrab serupa dengan jarum jam di mihrab sekarang, dua orang duduk berhadap-hadapan bercakap-cakap.

"Ada perkembangan dari follow-up pesantren remaja kemarin?"

"Alhamdulillah sudah terbentuk lima kelompok mentoring putra, dan tujuh kelompok mentoring putri?"

"Tujuh. Wah banyak ya."

"Ya. Bahkan sudah ada tiga remaja putri yang memutuskan untuk berjilbab."

"Subhanallah. Tidak ada kendala ya?"

"Mmm... Ada sih. Ada seorang dari kelompok geng motor Triller. Kamu tahu kan, geng motor di kota ini? Dia marah-marah kepada seorang mentor putri kemarin."

"Lho, kenapa?"

"Dia diputusi pacarnya. Setelah pacarnya ikut pesantren remaja, pacarnya tidak mau lagi pacaran."

"Waduh. Lalu?"

"Anak geng motor itu juga menanyakan kamu."

"Saya?"

"Iya. Dia bertanya siapa Sugono, ketua panitia Pesantren Remaja. Dia minta pertanggung jawaban."

Kemudian hening di antara mereka. Sugono melempar pandangannya keluar. Tatapannya kosong, tapi pikirannya penuh. Sugono merasa dalam bahaya.

"Apa rencana kamu, Sugono?"

"Tidak masalah. Saya kenal kok Ketua geng motor Triller. Dia kawan sekelas saya di kampus. Saya malah akan mendaftar menjadi anggota geng motor Triller."

"Buat apa? Bahaya. Kamu bisa..."

"Tenang saja. Justru itu bisa mengamankan saya. Saya bisa dapat perlindungan dari ketua geng motor."

"Kamu nanti futur."

"Tidak. Yakhtilatun walakin yatamayazun. Berbaur tapi tidak lebur." Sugono mengedipkan mata. Ia mantap bergabung dengan geng motor pimpinan temannya.

*****

Bergabungnya Sugono dengan geng motor awalnya tak menyebabkan masalah pada Organisasi Muda Muslim, organisasi yang embrionya berasal dari komunitas remaja aktifis remaja masjid. Sugono bisa memprioritaskan organisasinya. Tapi lama kelamaan, seringnya aktifitas turing bersama geng motor membuat Sugono sering absen pada kegiatan maupun rapat organisasinya.

Dan sebuah petaka hadir di bulan ke-enam ia bergabung dengan geng motor. Beberapa buah foto Sugono yang tampak mesra dengan seorang wanita tersebar di pengurus organisasi pemuda muslim. Hingga Sugono harus disidang oleh Badan Pengurus Harian (BPH) yang terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendarahara di sekretariat.

"Demi Allah, saya tidak pacaran. Foto-foto itu diambil saat kami out bound. Saya kebetulan sekelompok dengan gadis itu. Dia bernama Natalie. Non muslim. Saya terpaksa menggandeng tangannya karena kami harus melewati sebuah rintangan di out bound itu. Foto itu disebar oleh Roy. Dia masih dendam pada saya karena pernah diputusi pacarnya yang hijrah setelah ikut pesantren remaja." Begitu pembelaan Sugono.

"Tetap saja ini tidak bisa diterima. Out bound bukan alasan syar'i ataupun darurat sehingga kamu bisa memegang tangan non muhrim. Lalu bagaimana dengan amanat kamu sebagai Ketua Departemen Kaderisasi? Banyak agenda yang terpaksa ditanggung oleh BPH. Kamu lalai." Suara ketua organisasi pemuda muslim.

"Saya punya agenda dakwah pribadi yang lebih urgen. Anggota geng motor itu punya prospek yang cerah untuk dakwah."

"Jadi lebih urgen agenda pribadi kamu? Kalau begitu kamu dan organisasi ini sudah tidak punya kesamaan visi dan misi. Apakah kita masih bisa beraktifitas bersama?"

Sugono diam. Diam agak lama. Hingga akhirnya bersuara, "Baik. Saya mengundurkan diri."

Sugono berjalan keluar dari sekretariat. Ia berjumpa dengan Arif, temannya yang dulu pernah mengingatkannya sebelum ia bergabung dengan geng motor.

"Saya sudah ingatkan kamu. Kamu bisa futur. Ada objek dakwah yang lebih mudah digarap, kenapa tidak prioritaskan itu?" Ujar Arif.

"Saya masih bisa berbaur tanpa lebur. Saya difitnah. Dan itu bukti dakwah saya benar." Jawab Sugono sambil berlalu.

*****

Pada akhirnya perselisihan antara Sugono dan Roy dapat diselesaikan melalui musyawarah anggota geng motor Triller. Keputusannya, geng motor mengeluarkan Roy dari keanggotaan karena tindakannya yang melanggar kesetiakawanan. Keputusan itu tidak bisa diterima Roy, tapi ia tetap keluar.

Namun belum selesai di situ masalahnya. Sugono yang masih menyimpan dendam yang hebat kepada Roy, dan ketua geng motor yang adalah teman sekelasnya di kampus, merencanakan hal jahat kepada Roy. Pada suatu malam mereka mengeksekusi rencana itu. Mereka hafal kebiasaan Roy yang selalu pulang malam pada hari Rabu sehabis kuliah. Mereka menyewa mobil dari Bandung untuk mencelakakan Roy di jalan yang sepi, dan secepat kilat mereka kabur.

Kecelakaan itu bukan tidak ada yang melihat. Sekelompok pemuda yang memergoki aksi kecelakaan itu segera membawa Roy ke Rumah Sakit terdekat. Nyawa Roy bisa diselamatkan.

Beberapa hari kemudian, ayahnya Roy mengundang para pemuda itu ke rumahnya untuk berterima kasih, setelah Roy diizinkan untuk pulang.

"Saya benar-benar berterima kasih atas bantuan kalian." Ujar ayahnya Roy.

"Tuhan yang menghendaki Roy mendapat pertolongan, Pak." Salah seorang dari mereka menjawab diplomatis.

"Ya, kalau tidak ada kebaikan di hati kalian, mana mungkin kalian akan menolong Roy."

"Ya, semoga saja Tuhan mencatat ini sebagai amal sholeh.” Lalu suara koor “Amin” berbunyi.

"Bagaimana kalian bisa ada di sana malam itu?"

"Malam itu kami sedang ada pengajian pekanan di Masjid dekat lokasi kejadian. Saat acara selesai dan kami hendak beranjak pulang ke rumah masing-masing, tiba-tiba kami melihat kejadian itu. Sayangnya tidak ada dari kami yang sempat mencatat nomor polisi mobil yang mencelakakan Roy. Selain saat itu gelap, kami terfokus untuk menyelamatkan Roy."

"Yah.. Biarlah…” Ayahnya Roy menarik nafas berat. “Tuhan tidak tidur. Ia pasti mengetahui siapa pengemudi yang tidak bertanggung jawab itu. Ngomong-ngomong, kalian ikut pengajian apa?" Sambungnya lagi.

"Kami anggota organisasi muda muslim, pak."

"Oh ya? Saya pernah dengar nama organisasi itu. Ajak lah Roy ikut mengaji bersama kalian."

"Dengan senang hati pak. Kalau Roy berkenan, kami siap menerima Roy bergabung."

"Insya Allah Roy mau. Iya kan Roy?" Ayahnya Roy bertanya pada Roy yang terbaring di sebuah ranjang di ruang tamu, tidak seberapa jauh dari sofa yang diduduki oleh ayahnya dan beberapa pemuda yang menolongnya. Roy mengangguk dan tersenyum.

*****

Roy benar-benar berubah setelah mengikuti kajian rutin atau pun acara-acara yang diadakan oleh Organisasi Muda Muslim. Bukan cuma ibadah wajib yang tak lagi bolong-bolong, tapi juga ibadah sunnah rajin ia kerjakan. Ia juga bersemangat untuk mendakwahi orang-orang sekitarnya.

Hal yang jauh berbeda yang terjadi pada Sugono. Akhirnya Sugono benar-benar berpacaran dengan Natalie. Sisa-sisa semangatnya saat masih beraktifitas di Organisasi Muda Muslim sudah hilang entah kemana. Untuk berpacaran dengan Natalie, ia melakukan pembelaan dengan argumentasi bahwa menikahi ahli kitab itu tidak terlarang bagi muslim.

Sugono sudah diperkenalkan oleh keluarga Natalie. Dan terjadi penolakan oleh keluarga Natalie. Orang tua Natalie hanya ingin melihat anaknya punya hubungan dengan orang yang seiman. Maka pilihannya ada dua kepada Sugono, ganti keimanan atau jauhi Natalie.

Belum ada jawaban dari Sugono. Meski Natalie merayunya untuk pindah agama, Sugono masih ragu-ragu untuk ikut agama Natalie. Memutuskan hubungan dengan Natalie pun Sugono enggan. Dulu Sugono punya misi berdakwah di kalangan geng Triller, tapi kini justru Sugono yang didakwahi oleh keluarga Natalie.

Untuk memperkuat rayuannya, Natalie mengajak Sugono bertemu dengan pamannya yang adalah seorang pemuka agama di Bandung. Sugono menuruti ajakan Natalie. Masih ada kesadaran pada dirinya untuk berencana mendebat pamannya Natalie. Selama di perjalanan, Sugono menyusun poin-poin yang akan ia jadikan bahan perbantahan.

Dan pertemuan itu pun terjadi. Sugono diterima oleh paman Natalie di sebuah rumah mewah di sebuah sudut kota Bandung. Awal pertemuan, tak ada pembicaraan tentang agama. Hanya perkenalan dan obrolan basa basi. Pamannya Natalie rupanya juga seorang pecinta otomotif. Dan pembicaraan hobi pun berlanjut hingga makan malam. Entah sengaja atau tidak, yang terhidang pada makan malam itu adalah makanan kesukaan Sugono, udang goreng balado. Sugono asyik berbincang tentang hobinya bersama Natalie dan paman Natalie sembari melahap makanan kesukaannya. Dan sampai di situ lah ingatan Sugono pada kunjungannya ke rumah Pamannya Natalie di Bandung. Selanjutnya ia tidak ingat apa-apa lagi.

*****
Dua pekan setelah kepergian Sugono, orang tuanya tak kunjung mendapati Sugono kembali ke rumahnya. Sugono hilang. Orang tuanya telah menghubungi teman-teman Sugono di Organisasi Muda Muslim, tapi tak ada titik terang. Begitu juga dengan teman-temannya di geng motor. Tak ada jawaban memuaskan. Saat ditanya ke Natalie, jawabannya Natalie juga ikut kehilangan dan tak mau memberi informasi di mana keberadaan Sugono.

Hingga kemurahan Tuhan mempertemukan Sugono dengan Roy di sebuah daerah di Cianjur. Sugono tampak terlihat berpakaian rapi di dekat sebuah rumah ibadah di hari ahad. Saat itu Roy sedang berkunjung ke rumah saudaranya dan telah mendengar pula tentang hilangnya Sugono.

Saat Roy melihat Sugono, sedikit ragu Roy menyapanya. Ada tanda bekas luka di pipi Sugono yang membuat Roy yakin kalau itu Sugono. Tapi Sugono tak mengenali Roy, bahkan terlihat linglung saat diajak bicara. Roy curiga ada sesuatu yang terjadi pada Sugono. Roy menghubungi keluarga Sugono, dan singkat cerita Sugono pun bisa dibawa pulang kembali oleh orang tuanya atas bantuan aparat hukum.

*****

“Kamu benar-benar tidak ingat apa yang terjadi selama dua pekan itu?” Tanya Pak Haji setelah Sugono selesai bercerita pengalamannya.

“Tidak pak Haji. Saya benar-benar tidak ingat. Yang saya ingat sedikit, saya tinggal dan beraktifitas di sebuah rumah ibadah. Dan saya juga sempat mengikuti proses seperti sebuah upacara peresmian kepindahan agama saya.” Jawab Sugono dengan suara serak. Matanya basah oleh air mata, hatinya kuyup oleh penyesalan.

“Bagaimana kamu bisa sadar?”

“Saya diterapi sehingga ingatan saya pulih.”

“Yah… Kita semua bersyukur kamu bisa diselamatkan diri dan aqidah kamu. Kamu kesini diajak oleh teman kamu ini?” Pak Haji menunjuk ke arah orang di samping Sugono.

“Benar pak. Dia Roy, yang menemukan saya saat saya hilang. Dia mengajak saya untuk bertemu pak Haji agar saya mendapat taushiyah yang bisa menguatkan aqidah saya kembali. Sebelum saya hilang pun keimanan saya sempat goyah saat berpacaran dengan Natalie. Pak Haji sudah banyak mengislamkan orang, sudah matang dalam perdebatan antar agama. Roy juga mengajak saya kesini karena ada memori saya di sini saat masih aktif berdakwah di organisasi muda muslim. Agar semangat saya tumbuh kembali.”

Pak Haji menganggukkan kepala. “Permutadan dengan cara hipnotis bukan baru kali ini saya temukan. Semoga kamu Sugono, bisa mengambil pelajaran dari kejadian ini.” Ujarnya.

0 komentar:

Posting Komentar